Menggali Potensi Wisata Religi di Bandung Barat Oleh Adhyatnika Geusan Ulun âTempat yang sarat dengan sejarah itu sangat disayangkan jika dibiarkan tanpa dijaga kelestariannya. Sudah saatnya Pemerintah menyikapinya dengan cepat, agar jejak penyebaran Islam di Kab. Bandung Barat ini tidak sirna. Potensi wisata religi ini perlahan akan meredup jika tidak segera dibenahi. Generasi akan datang hanya akan membaca kisah pejuang syiar Islam ini di buku-buku cerita legenda tanpa dapat melihat bukti fisiknya.â Bandung Barat adalah kabupaten yang relatif berusia muda. Daerah otonom hasil pemekaran Kab. Bandung tersebut diresmikan pada 12 januari 2007. Daerah yang cukup kaya dengan sejumlah potensi yang dimilikinya; mulai dari keadaan alam, jumlah penduduk, objek wisata, hingga institusi pendidikan yang tersebar di seluruh wilayahnya. Hal tersebut menjadikan kabupaten muda ini sangat berpeluang menjadi daerah yang unggul dalam segala bidang. Salah satu primadona Kab. Bandung Barat KBB adalah sektor pariwisata. Saat ini tercatat 159 situs bersejarah tersebar di 16 kecamatan. Sebanyak 17 situs di antaranya didaftarkan menjadi cagar budaya nasional. Sementara itu, baru satu situs yang telah ditetapkan menjadi cagar budaya nasional, yaitu Observatorium Bosscha di Lembang. Melihat hal ini, objek wisata di daerah ini cukup lengkap. Mulai dari wisata alam seperti; Tangkuban Perahu, Gunung B[urangrang, Curug Maribaya, Taman Begonia, Taman Hutan Jayagiri Lembang, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Curug Omas, Curug Cimahi, Curug Malela, Situ Ciburuy, Stone Garden, Gua Pawon, Gua Sanghyang Tikoro, Lembah Curugan Gunung Putri, Waduk Cirata, Waduk Saguling, SÄndang Geulis Kahuripan, Pasir Keraton, Tutugan Burangrang. Kemudian wisata sejarah; Observatorium Bosscha, Makam Karl Adolf Bosscha. Belum lagi ada wisata keluarga dan kuliner, yakni Kampung Gajah Wonderland, Pusat Tanaman Cihideung, Dusun Bambu Lembang, Ciwangun Indah Camp, Terminal Wisata Grafika Cikole, Floating Market Lembang, Farm House Lembang, DeâRanch Lembang, dan Kota Baru Parahyangan. Adalah wisata religi yang tidak boleh diabaikan, dan patut diperhitungkan oleh Pemerintah KBB, mengingat penduduknya yang religius dan mayoritas suku Sunda yang identik dengan Islam. Sebenarnya cukup banyak potensi yang bisa digali dan dikembangkan menjadi wisata unggulan disamping objek di atas. Daerah yang banyak dihuni oleh para ulama dan santri ini memiliki sejumlah situs sejarah jejak-jejak peninggalan para penyebar agama Islam. Sebut saja Makam Embah Dalem Jagat Sakti dan Eyang Dipatiukur di Cipatat, Makam Eyang Keraton Ciawitali di Cikalongwetan. Makam Sembah Dalem Ibrahim di Ciraden Cihampelas, Makam Mama Ilyas Cibitung, Makam Keramat Salem di Desa Tenjolaut, Makam Keramat Dayeuh Luhur di Desa Puteran, Makam Keramat Bale Kambang di Komplek Perkebunan Gunung Susuruh, dan Makam Syaikh Maulana Muhammad Syafei atau Pangeran Raja Atas Angin di Cipongkor. Menarik untuk dikaji tentang situs sejarah yang berada di Desa Cijenuk, Kecamatan Cipongkor, Kab. Bandung Barat, yakni Makam Syaikh Maulana Muhammad Syafei. Pemakaman seluas 2,5 hektar ini, menyimpan jejak-jejak sejarah penyebaran agama Islam di wilayah Priangan, khususnya Bandung dan sekitarnya. Sebuah pohon besar, yang akarnya menyembul ke permukaan makam, menambah istimewanya area ini. Adalah Syaikh Maulana Muhammad Syafei, seorang penyebar agama Islam keturunan langsung Sultan Ageng Tirtayasa, atau keturunan kesembilan Syaikh Syarif Hidayatullah bergelar Sunan Gunung Jati. Tokoh ini merupakan pelopor syiar Islam di sejumlah wilayah Jawa Barat; mulai dari Cisewu, Garut, hingga Surade, Sukabumi. Kedatangannya tidak terlepas dari misi dakwah yang diembannya sebagai seorang Waliyullah. Ditemani oleh dua panglimanya, yakni Eyang Jaga Raksa dan Eyang Jaga Wadana, Sang Wali berdakwah ke pelosok daerah. Dalam syiarnya di daerah Cijenuk, dibantu oleh sang istri, Nyimas Rangga Wuluh, dan kedua anak perempuannya, yakni Nyimas Rangga Wulan dan Nyimas Rangga Wayan, Syaikh Maulana mendirikan sebuah pesantren. Pesantren sederhana namun kerap dikunjungi para santri dari berbagai daerah. Keempat tokoh tersebut sangat berperan dalam berkembangnya Islam. Dari sinilah keturunan Syaikh Maulana banyak mendirikan pesantren di berbagai tempat. Semasa hidupnya, Syaikh Maulana Muhammad Syafei dikenal memiliki banyak karomah. Salah satu karomahnya adalah dapat berada di banyak tempat dalam satu waktu. Menurut penuturan para orang tua di Cijenuk yang diimami salat zhuhur oleh Sang Wali, sama halnya dengan daerah lain yang juga diimami salat Syaikh. Inilah yang kemudian membuat masyarakat menjulukinya sebagai Pangeran Raja Atas Angin. Gelar Pangeran Raja dikarenakan Syaikh turunan Kesultanan Cirebon, sementara Atas Angin dikarena dapat berpindah tempat dalam satu waktu. Kembali ke situs di atas. Setiap hari terdapat 100-200 peziarah datang. Pada malam Jumat Kliwon bisa mencapai peziarah. Bahkan pada 12-17 Rabiulawal, saat haul Sang Wali, jumlah peziarah mencapai puncaknya. Dalam se-minggu bisa mencapai 10 ribu peziarah datang dari berbagai daerah, termasuk dari pelosok Nusantara, seperti Batam, Aceh, Padang, Gorontalo dan bahkan Malaysia. Selain mendoakan Syaik Maulana, juga mengambil hikmah perjuangan syiarnya, sambil merasakan tenteramnya pemakaman di daerah yang masih hening, jauh dari kebisingan kota. Kegiatan yang dilakukan biasanya berzikir, bertawasul kepada Baginda Rasul, dan istigotsah yang dipandu oleh penjaga kunci makam. Para pecinta Sang Wali bersimpuh di kompleks pemakaman yang juga termasuk anak pertamanya, Raden Muhammad Kamaludin, dengan tembok setinggi 1,3 meteran. Di sebelah Barat berdiri gerbang berwarna putih. Sementara, di bagian timur terdapat dua bangunan majelis, berhadapan langsung dengan makam yang masing-masing berukuran 18 x 9 meter. Bangunan tersebut diperuntukkan bagi peziarah perempuan, dan 15 x 9 meter untuk laki-laki. Selain itu terdapat Masjid Al-Karomah, yang dibangun pada tahun 2000-an. Umumnya para peziarah datang berkelompok dengan kendaraan roda dua dan empat. Tidak sedikit juga perorangan. Melihat animo peziarah yang terus bertambah setiap waktu, belum didukung infrastruktur yang memadai. Jalan belum cukup dilalui oleh kendaraan ukuran besar. Masjid yang ada, juga tidak mampu menampung jamaah yang membludak pada saat haul. Keterbatasan dana pemeliharaan yang selama ini diambil dari sedekah peziarah dan uang pribadi pengelola sangat berimbas pada keasrian komplek. Butuh perhatian dinas terkait agar semua permasalahan di atas dapat diatasi. Tempat yang sarat dengan sejarah itu sangat disayangkan jika dibiarkan tanpa dijaga kelestariannya. Sudah saatnya Pemerintah menyikapinya dengan cepat, agar jejak penyebaran Islam di Kab. Bandung Barat ini tidak sirna. Potensi wisata religi ini perlahan akan meredup jika tidak segera dibenahi. Generasi akan datang hanya akan membaca kisah pejuang syiar Islam ini di buku-buku cerita legenda tanpa dapat melihat bukti fisiknya. Akhirnya, semoga hal ini segera ditindaklanjuti pihak berwenang. Gigihnya Syaikh Maulana Muhammad Syafei dalam perjuangan menegakkan kalimat Allah, haruslah dijawab oleh setiap anak bangsa dengan lebih semangat melestarikannya. Jika Pangeran Raja dapat berada di berbagai tempat dalam satu waktu, maka generasi berikutnya harus mampu berada dalam berbagai keadaan dalam satu tujuan. Melestarikan dan meneruskan perjuangan mulia Sang Wali.*** Narasumber Ii Prawirasuganda Ketua Komite SMPN 1 Cipongkor, Kuncen dan keturunan ke-9 Pangeran Raja Atas Angin, Bangsawan Penyebar Agama Islam Profil Penulis Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan. Ig.adhyatnika geusan ulun Total Views 0
1 Pangeran Wali Syekh Atas AnginPangeran Wali Syekh Atas Angin adalah seorang mubaligh Islam dari negaraArab yang termasuk keturunan Rasulullah SAW dari keturunan Sayidina Alidengan Siti Fatimah. Nama beliau yang sebenarnya adalah Syarif Abdurahman Al-Qadri.
ï»żLaporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin - SUASANA sunyi tapi menenteramkan jiwa akan begitu terasa saat kita memasuki makam keramat Syekh Maulana Muhammad Syafei, yang juga dikenal sebagai Pangeran Raja Atas Angin. Makamnya berada di RT 01/07, Desa Cijenuk, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat. DI area pemakaman seluas 2,5 hektare ini, makam Syekh Maulana Muhammad Syafei berada di sebelah makam istrinya, Nyimas Rangga Wuluh. Di sana ada sebuah pohon besar. Akarnya menyembul ke permukaan makam. Di kompleks pemakaman ini juga dimakamkan kedua anak perempuan Syekh Maulana Muhammad Syafei, yakni Nyimas Rangga Wulan dan Nyimas Rangga Wayan. MAKAM KERAMAT - Ii Prawira Suganda, keturunan kesembilan Syekh Maulana Muhammad Syafei, berfoto di depan makam keramat Syekh Maulana Muhammad Syafei di Desa Cijenuk, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Minggu 28/5/2017. TRIBUN JABAR/MUMU MUJAHIDIN Cucu Syekh Maulana, Eyang Khalidin, dan tiga buyutnya, yakni Eyang Zaifah, Eyang Nur Kholifah, dan Eyang Syamsyudin, juga dimakamkan di sana. Begitu pula dua panglima Syeks Maulana, yakni Eyang Jaga Raksa dan Eyang Jaga Wadana. Kompleks pemakaman dipagari tembok setinggi 1,3 meteran berwarna putih. Pintu gerbang kompleks berada di sebelah barat. Di luar kompleks pemakaman juga terdapat makam keluarga Syekh Maulana yang lain, termasuk anak pertamanya, Raden Muhammad Kamaludin. Belakangan, warga sekitar juga banyak yang dimakamkan di sekitar makam keramat tersebut. Di bagian timur makam terdapat dua bangunan majelis yang berhadapan langsung dengan makam. Masing- masing berukuran 18 x 9 meter, yang diperuntukkan bagi peziarah perempuan, dan 15 x 9 meter bagi peziarah laki-laki. Selain itu terdapat Masjid Al Karomah, yang dibangun pada tahun 2000-an. Menurut Ii Prawira Suganda, pendiri Yayasan Syekh Maulana Muhammad Syafei, Pangeran Raja Atas Angin adalah keturunan langsung Sultan Ageng Tirtayasa atau keturunan kesembilan Sultan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati. Komplek makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, Jawa Barat.Silvita Agmasari "Syekh Maulana Muhammad Syafei merupakan pelopor syiar Islam di sejumlah wilayah di Jawa Barat, mulai dari Cisewu, Garut, hingga Surade, Sukabumi," ujar Ii, keturunan kesembilan Syekh Maulana Muhammad Syafei, di kediamannya, Minggu 28/5.
Dalamsejarah Cirebon disebutkan bahwa Pangeran Panjunan merupakan orang yang mula-mula mendirikan Masjid Panjunan, Masjid tua yang didirikan lebih dahulu ketimbang Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon, Pangeran Panjunan nama aslinya Pangeran Abdurahman, merupakan Pangeran dari Bagdad yang terusir dari Negerinya. Dalam Naskah Mertasinga Pupuh II.25-III.
Bakal calon presiden 2024 dari PDI-P Ganjar Pranowo saat bersilaturahmi di GOR Ranggajati, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Sabtu 3/6. Foto Dok. IstimewaBakal calon presiden bacapres 2024 dari PDI-P Ganjar Pranowo, kembali melanjutkan safari politiknya. Kali ini, bacapres berambut putih itu menyambangi Cirebon Kota Wali pada Sabtu 3/6 menghadiri Silaturahmi dan Melestarikan Budaya di Kota Wali bersama Tokoh Budaya, Seniman, Masyarakat dan Ulama se-Cirebon yang diselenggarakan di GOR Ranggajati, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Ganjar di GOR Ranggajati disambut genjring rudat yang merupakan kesenian khas Cirebon dan juga ribuan masyarakat Cirebon dari berbagai kalangan. Mereka tampak antusias dengan kehadiran Ganjar ribuan warga Cirebon saat kedatangan Ganjar Pranowo di GOR Ranggajati. Foto Dok. IstimewaPada kesempatan itu, ditampilkan budaya dan kesenian dari Cirebon seperti Tari Sintren dan juga Tari Topeng Tumenggung. Ganjar pun sempat diajak naik ke atas panggung oleh salah satu penari topeng yang disambut riuh masyarakat Cirebon yang hadir."Saya menyampaikan terima kasih hari ini sambutan masyarakat Cirebon bagus. Mereka menampilkan seni, budaya, UMKM dan karya-karya yang tumbuh berkembang di masyarakat," ujar Ganjar usai dijuluki Kota Wali, Cirebon juga dikenal dengan kebudayaannya yang mengakar dan berkembang dengan baik hampir di setiap generasi. Ganjar pun mengaku kagum dengan kebudayaan Cirebon yang ditampilkan pada acara tersebut dan menyampaikan bagaimana kebudayaan Cirebon bisa tumbuh dengan Topeng Tumenggung menyambut kedatangan Ganjar Pranowo. Foto Dok. IstimewaOleh sebab itu, Ganjar meyakini kesenian dan kebudayaan Cirebon dapat dikembangkan lebih jauh lagi dan tidak hanya untuk tujuan melestarikan saja. Tetapi juga mendorong berkepribadian dalam kebudayaan untuk kemajuan daerah."Termasuk yang punya nilai ekonomi yang tinggi, itu bisa kita kemas sebagai satu produk lokal yang mendunia karena ini bagus sekali. Tinggal kita butuh pendampingan untuk membuatkan narasi yang baik, produknya itu juga packagingnya yang baik, menjualnya juga bisa menjelajah dengan marketplace," jelas Ganjar."Butuh semacam creative-creative hub untuk menampung mereka dan di antara mereka adalah generasi yang sangat muda dari milenial, dari generasi Z yang menurut saya ternyata kretivitas kita tidak pernah mati karena ada mereka semua," lanjut itu, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran selaku tokoh budayawan Cirebon menuturkan, antusias masyarakat dalam menyambut kehadiran Gubernur Jawa Tengah itu sangat itu terlihat dari banyaknya masyarakat Cirebon yang hadir. Setidaknya, warga Cirebon berbondong-bondong untuk bertemu Ganjar. Dia pun berharap Ganjar dapat menjadi pemimpin Indonesia kelak."Maka dari itu ini sangat luar biasa antusias daripada masyarakat Cirebon ini luar biasa. Mudah-mudahan Pak Haji Ganjar Pranowo bisa menjadi pemimpin yang baik untuk NKRI," ucap informasi, selain Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran, acara tersebut turut dihadiri sejumlah tokoh lain, antara lain Sultan Kacirebonan XI Pangeran Abdul Gani Natadiningrat dan Bupati Cirebon Imron Pranowo bersama seniman lukisan kaca penyandang disabilitas Kusdono Rastika. Foto Dok. IstimewaKemudian hadir pula tokoh sesepuh Cirebon Surono Danu, Ketua Angkatan Muda Siliwangi AMS Cirebon Nana Karmana, seniman lukisan kaca penyandang disabilitas Kusdono Rastika dan Pengasuh Pondok Pesantren Gedongan Cirebon KH Abdul Hayyi Imam.
PangeranHadiri (suami Ratu Kalinyamat), adiknya Prawoto, tewas pula. Pada saat peristiwa itu terjadi, putera mahkota Cirebon, Muhammad Arifin (Pangeran Pasarean), sedang berada di Demak, ia pun tewas di tangan Arya Penangsang, karena berupaya membela Prawoto. Peristiwa itu sangat melukai hati Susuhunan Jati Cirebon.
Adhyatnika Geusan Ulun Sejarah Saturday, 10 Sep 2022, 2146 WIB Situs Religi Makam Pangeran Raja Atas Angin di Cijenuk Bandung Oleh Adhyatnika Geusan Ulun Bandung Barat adalah kabupaten yang relatif berusia muda. Daerah otonom hasil pemekaran Kab. Bandung tersebut diresmikan pada 12 januari 2007. Daerah yang cukup kaya dengan sejumlah potensi yang dimilikinya; mulai dari keadaan alam, jumlah penduduk, objek wisata, hingga institusi pendidikan yang tersebar di seluruh wilayahnya. Hal tersebut menjadikan kabupaten muda ini sangat berpeluang menjadi daerah yang unggul dalam segala bidang. Salah satu primadona Kab. Bandung Barat KBB adalah sektor pariwisata. Saat ini tercatat 159 situs bersejarah tersebar di 16 kecamatan. Sebanyak 17 situs di antaranya didaftarkan menjadi cagar budaya nasional. Sementara itu, baru satu situs yang telah ditetapkan menjadi cagar budaya nasional, yaitu Observatorium Bosscha di Lembang. Jika melihat hal tersebut, objek wisata di daerah ini cukup lengkap. Mulai dari wisata alam seperti; Tangkuban Perahu, Gunung B[urangrang, Curug Maribaya, Taman Begonia, Taman Hutan Jayagiri Lembang, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Curug Omas, Curug Cimahi, Curug Malela, Situ Ciburuy, Stone Garden, Gua Pawon, Gua Sanghyang Tikoro, Lembah Curugan Gunung Putri, Waduk Cirata, Waduk Saguling, SÄndang Geulis Kahuripan, Pasir Keraton, Tutugan Burangrang. Kemudian wisata sejarah; Observatorium Bosscha, Makam Karl Adolf Bosscha. Belum lagi ada wisata keluarga dan kuliner, yakni Kampung Gajah Wonderland, Pusat Tanaman Cihideung, Dusun Bambu Lembang, Ciwangun Indah Camp, Terminal Wisata Grafika Cikole, Floating Market Lembang, Farmhouse Lembang, De'Ranch Lembang, dan Kota Baru Parahyangan. Adalah wisata religi yang tidak boleh diabaikan, dan patut diperhitungkan oleh Pemerintah KBB, mengingat penduduknya yang religius dan mayoritas suku Sunda yang identik dengan Islam. Sebenarnya cukup banyak potensi yang bisa digali dan dikembangkan menjadi wisata unggulan disamping objek di atas. Daerah yang banyak dihuni oleh para ulama dan santri ini memiliki sejumlah situs sejarah jejak-jejak peninggalan para penyebar agama Islam. Sebut saja Makam Embah Dalem Jagat Sakti dan Eyang Dipatiukur di Cipatat, Makam Eyang Keraton Ciawitali di Cikalongwetan. Makam Sembah Dalem Ibrahim di Ciraden Cihampelas, Selanjutnya,Makam Mama Ilyas Cibitung, Makam Keramat Salem di Desa Tenjolaut, Makam Keramat Dayeuh Luhur di Desa Puteran, Makam Keramat Bale Kambang di Komplek Perkebunan Gunung Susuruh, dan Makam Syaikh Maulana Muhammad Syafei atau Pangeran Raja Atas Angin di Cipongkor. Menarik untuk dikaji tentang situs sejarah yang berada di Desa Cijenuk, Kecamatan Cipongkor, Kab. Bandung Barat, yakni Makam Syaikh Maulana Muhammad Syafei. Pemakaman seluas 2,5 hektar ini, menyimpan jejak-jejak sejarah penyebaran agama Islam di wilayah Priangan, khususnya Bandung dan sekitarnya. Sebuah pohon besar, yang akarnya menyembul ke permukaan makam, menambah istimewanya area ini. Adalah Syaikh Maulana Muhammad Syafei, seorang penyebar agama Islam keturunan langsung Sultan Ageng Tirtayasa, atau keturunan kesembilan Syaikh Syarif Hidayatullah bergelar Sunan Gunung Jati. Tokoh ini merupakan pelopor syiar Islam di sejumlah wilayah Jawa Barat; mulai dari Cisewu, Garut, hingga Surade, Sukabumi. Kedatangan Sang Penyebar agama Islam ini tidak terlepas dari misi dakwah yang diembannya sebagai seorang Waliyullah. Ditemani oleh dua panglimanya, yakni Eyang Jaga Raksa dan Eyang Jaga Wadana, Sang Wali berdakwah ke pelosok daerah. Dalam syiarnya di daerah Cijenuk Cipongkor, dibantu oleh sang istri, Nyimas Rangga Wuluh, dan kedua anak perempuannya, yakni Nyimas Rangga Wulan dan Nyimas Rangga Wayan, Syaikh Maulana mendirikan sebuah pesantren. Pesantren yang cukup sederhana, namun kerap dikunjungi para santri dari berbagai daerah. Keempat tokoh tersebut sangat berperan dalam berkembangnya Islam. Dari sinilah keturunan Syaikh Maulana banyak mendirikan pesantren di berbagai tempat. Semasa hidupnya, Syaikh Maulana Muhammad Syafei dikenal memiliki banyak karomah. Salah satu karomahnya adalah dapat berada di banyak tempat dalam satu waktu. Menurut penuturan para orang tua di Cijenuk yang diimami salat zhuhur oleh Sang Wali, sama halnya dengan daerah lain yang juga diimami salat Syaikh. Inilah yang kemudian membuat masyarakat menjulukinya sebagai Pangeran Raja Atas Angin. Gelar Pangeran Raja dikarenakan Syaikh turunan Kesultanan Cirebon, sementara Atas Angin dikarena dapat berpindah tempat dalam satu waktu. Kembali ke situs di atas. Setiap hari terdapat 100-200 peziarah datang. Pada malam Jumat Kliwon bisa mencapai peziarah. Bahkan pada 12-17 Rabiulawal, saat haul Sang Wali, jumlah peziarah mencapai puncaknya. Dalam se-minggu bisa mencapai 10 ribu peziarah datang dari berbagai daerah, termasuk dari pelosok Nusantara, seperti Batam, Aceh, Padang, Gorontalo dan bahkan Malaysia. Di sana, selain mendoakan Syaik Maulana, juga mengambil hikmah perjuangan syiarnya, sambil merasakan tenteramnya pemakaman di daerah yang masih hening, jauh dari kebisingan kota. Kegiatan yang dilakukan biasanya berzikir, bertawasul kepada Baginda Rasul, dan istigotsah yang dipandu oleh penjaga kunci makam. Para pecinta Sang Wali bersimpuh di kompleks pemakaman yang juga termasuk anak pertamanya, Raden Muhammad Kamaludin, dengan tembok setinggi 1,3 meteran. Di sebelah Barat berdiri gerbang berwarna putih. Sementara, di bagian timur terdapat dua bangunan majelis, berhadapan langsung dengan makam yang masing-masing berukuran 18 x 9 meter. Bangunan tersebut diperuntukkan bagi peziarah perempuan, dan 15 x 9 meter untuk laki-laki. Selain itu terdapat Masjid Al-Karomah, yang dibangun pada tahun 2000-an. Umumnya para peziarah datang berkelompok dengan kendaraan roda dua dan empat. Tidak sedikit juga perorangan. Melihat animo peziarah yang terus bertambah setiap waktu, belum didukung infrastruktur yang memadai. Jalan belum cukup dilalui oleh kendaraan ukuran besar. Masjid yang ada, juga tidak mampu menampung jamaah yang membludak pada saat haul. Keterbatasan dana pemeliharaan yang selama ini diambil dari sedekah peziarah dan uang pribadi pengelola sangat berimbas pada keasrian komplek. Simpulan Butuh perhatian dinas terkait agar semua permasalahan di atas dapat diatasi. Tempat yang sarat dengan sejarah itu sangat disayangkan jika dibiarkan tanpa dijaga kelestariannya. Sudah saatnya Pemerintah menyikapinya dengan cepat, agar jejak penyebaran Islam di Kab. Bandung Barat ini tidak sirna. Potensi wisata religi di atas perlahan akan meredup jika tidak segera dibenahi. Generasi akan datang hanya akan membaca kisah pejuang syiar Islam ini di buku-buku cerita legenda tanpa dapat melihat bukti fisiknya. Akhirnya, semoga hal ini segera ditindaklanjuti pihak berwenang. Gigihnya Syaikh Maulana Muhammad Syafei dalam perjuangan menegakkan kalimat Allah, haruslah dijawab oleh setiap anak bangsa dengan lebih semangat melestarikannya. Jika Pangeran Raja dapat berada di berbagai tempat dalam satu waktu, maka generasi berikutnya harus mampu berada dalam berbagai keadaan dalam satu tujuan. Melestarikan dan meneruskan perjuangan mulia Sang Wali. *** Narasumber Ii Prawirasuganda Tokoh Cipongkor Bandung Barat, Kuncen dan keturunan ke-9 Pangeran Raja Atas Angin. Sumber tulisan Profil Penulis Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ Nyantren di Madinah dan Makkahâ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan. email [email protected]., [email protected] geusan ulun. wisatareligi bandungbarat Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Sejarah
SUMEDANG Yana Supriatna yang menghilang misterius di Cadas Pangeran, kini telah ditemukan di Desa Dawuan Kecamatan Tengah Tani Kabupaten Cirebon
Tantas palavrasMeias palavrasNosso apartamentoUm pedaço de SaigonMe disse adeusNo espelho com batomVai minha estrelaIluminandoToda esta cidadeComo um cĂ©uDe luz neonSeu brilho silenciaTodo somĂs vezesVocĂȘ anda por aĂBrinca de se entregarSonha pra nĂŁo dormirE quase sempreEu penso em te deixarE Ă© sĂł vocĂȘ chegarPra eu esquecer de mimAnoiteceu!Olho pro cĂ©uE vejo como Ă© bomVer as estrelasNa escuridĂŁoEspero vocĂȘ voltarPra SaigonTantas palavrasMeias palavrasNosso apartamentoUm pedaço de SaigonMe disse adeusNo espelho com batomVai minha estrelaIluminandoToda esta cidadeComo um cĂ©uDe luz neonSeu brilho silenciaTodo somĂs vezesVocĂȘ anda por aĂBrinca de se entregarSonha pra nĂŁo dormirE quase sempreEu penso em te deixarE Ă© sĂł vocĂȘ chegarPra eu esquecer de mimAnoiteceu!Olho pro cĂ©uE vejo como Ă© bomVer as estrelasNa escuridĂŁoEspero vocĂȘ voltarPra Saigon
wNbcjS. uqc2ut2t3k.pages.dev/136uqc2ut2t3k.pages.dev/217uqc2ut2t3k.pages.dev/418uqc2ut2t3k.pages.dev/109uqc2ut2t3k.pages.dev/290uqc2ut2t3k.pages.dev/222uqc2ut2t3k.pages.dev/370uqc2ut2t3k.pages.dev/410
pangeran atas angin cirebon